Myindonesianews, Garut – Ribuan masyarakat dari berbagai elemen memadati Masjid Kaum Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Minggu (14/9/2025). Kehadiran mereka, untuk mengikuti Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh Majelis Dzikir Saung Istighotsah, Kecamatan Limbangan, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H.
Acara berlangsung khidmat dengan berbagai rangkaian kegiatan, mulai dari dzikir dan doa bersama untuk negeri, gema shalawat, santunan bagi anak yatim piatu dan dhuafa, hingga pertunjukan budaya pencak silat sebagai kearifan lokal. Para alim ulama dari sejumlah pondok pesantren turut hadir memberikan tausiah.
Puncak acara ditandai dengan ritual adat pencucian bendera Merah Putih menggunakan empat unsur alam: air, tanah, udara, dan api. Keempatnya dipadukan dengan bendera sebagai unsur kelima, yang kemudian disebut lima pancer.
Pimpinan Panitia kegiatan tersebut yakni Eyang Asep Santana, menjelaskan makna mendalam dari ritual tersebut. Ia menegaskan bahwa bendera Merah Putih lahir dari pengorbanan darah para leluhur bangsa yang berjuang melawan penjajah.
“Bendera ini menjadi lambang negara Indonesia. Korelasi ritual pencucian dengan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah lahirnya cahaya kebaikan, Nur Muhammad, yang membawa umat dari kegelapan jahiliyah menuju akhlak mulia,” ungkap pria yang menduduki posisi sebagai Dewan Penasihat Lembaga Baladika Saung Istighotsah (BASIS) Kesultanan Kecirebonan Korda Parahyangan tersebut.
Pria yang juga dikenal sebagai tokoh budayawan nasional ini juga mengingatkan pentingnya menjaga akhlak generasi bangsa di tengah derasnya arus globalisasi dan teknologi yang berpotensi merusak moral. Ia berharap kegiatan tersebut menjadi pengingat sekaligus peneguh semangat untuk meneladani akhlak Rasulullah SAW.
Sementara, seorang santri asal Desa Mekarsari, Kecamatan Selaawi peserta Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW, Roni Abdul Rojak, menyampaikan tanggapan positifnya atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
Menurut Roni, kegiatan peringatan Maulid Nabi bukan hanya menjadi momentum spiritual, tetapi juga wujud nyata kebersyukuran atas kelahiran junjungan umat Islam, Nabi Muhammad SAW.
“Bagi saya, Maulid ini bukan sekadar acara seremonial, tapi lebih kepada bentuk rasa syukur kita atas lahirnya Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi seluruh alam,” ujarnya.
Ia menilai, acara yang berlangsung meriah dan penuh kesan ini juga menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antarwarga, sekaligus menjaga persatuan, perdamaian, dan kerukunan antar golongan di Kabupaten Garut.
“Di sini saya melihat suasana kebersamaan yang indah, masyarakat dari berbagai latar belakang bisa berkumpul, berdoa, dan bersyukur bersama. Ini benar-benar mempererat persaudaraan,” tambahnya.
Roni juga menyampaikan rasa bangga atas prosesi penghormatan khidmat berupa pencucian suci bendera Merah Putih yang turut digelar dalam rangkaian acara. Menurutnya, hal tersebut menjadi simbol cinta tanah air sekaligus menegaskan bahwa semangat keagamaan dan nasionalisme bisa berjalan beriringan.
“Sebagai santri, saya merasa bangga. Bendera Merah Putih dihormati dengan penuh khidmat, ini menandakan bahwa kecintaan kita kepada Nabi dan cinta tanah air adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan,” tuturnya penuh semangat.
Kegiatan Tabligh Akbar ini dihadiri ribuan masyarakat, tokoh agama, ulama dari puluhan pondok pesantren, organisasi kemasyarakatan, unsur muspika, serta tokoh adat budaya setempat. Selain memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, acara ini juga bertujuan mempererat silaturahmi dan menyatukan berbagai unsur masyarakat demi kebaikan bangsa dan negara.