Myindonesianews.online – Sleman – Pagelaran wayang kulit digelar dalam rangka pembukaan Bulan Pancasila, Peresmian Kantor Pusat Studi Pancasila UGM,
Pagelaran Wayang Kulit, lakon Babat Alas Mertani bersama Ki Dalang Ki Catur Benyek Kuncoro,
di Halaman Pusat Studi Pancasila Jl. Podocarpus II D-22 Bulaksumur UGM Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sabtu (10/06/2023).
Pagelaran wayang kulit tersebut di dukung oleh
Pimpinan Universitas,
Ketua Majelis Wali Amanat, Prof. Praktikno.
Ketua Dewan Guru Besar, Ketua Senat UGM, Prof. Hermin
Dekan dan Kepala Pusat Studi di lingkungan UGM,
Pemda DIY (Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepala Kesbangpol, Kepala Badiklat DIY)
Kolega dan Teman Teman BPIP, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Hadir dalam pentas seni wayang kulit tersebut, para Sesepuh dan Keluarga besar dari Almarhum Prof. Koento Wibisono, Keluarga dari Almarhum Prof. Damardjati Supadjar. Kepada Para Sesepuh, Prof. Sutaryo, Prof. Sudjarwadi, Prof. Panut, Kepada para Kepala PSP, Prof. Sudjito, Dr. Sindung, Dr. Heri.
Kepala PSP UGM Agus Wahyudi Ph.D. dalam sambutannya
menyampaikan bahwa ada beberapa hal terkait kerja-kerja PSP UGM dan UGM secara umum dalam kaitannya dengan tantangan kita bersama sebagai masyarakat Negara dan Bangsa.
Tetapi jangan khawatir, tidak seperti Ki Beyek Catur Kuncoro, Ki Catur Benyek Kuncoro atau Ki Catur Kuncoro Benyek, saya tidak akan berdiri dan berbicara semalaman di podium ini.
Malam ini kita niatkan sebagai momen permulaan untuk mendorong lagi serangkaian program dan kegiatan yang akan kita kerjakan pada hari-hari ke depan.
Pertama, dalam rangka peresmian kantor PSP yang baru selesai direnovasi. Dengan peresmian kantor PSP UGM kita menyaksikan keterasediaan sebuah “public good” (barang public) untuk mengingatkan tanggungjawab kita sebagai warga negara UGM dan juga masyarakat mengoptimalkan manfaatnya bagi kepentingan bersama, tidak menyalahgunakannya, karena ini adalah milik publik.
Untuk pagelaran wayang yang kita saksikan malam ini, PSP UGM secara khusus mengucapkan Terimakasih kepada Dinas Kebudayaan DIY yang telah memungkinkan pagelaran Wayang kulit ini kita selanggarakan.
Rangkaian Kegiatan Bulan Pancasila, yang antara lain direncanakan berupa
Festival Kebangsaan pada 24 Juni melibatkan generasi muda dalam pembudayaan Pancasila.
Kegiatan akan meliputi sejumlah event perlombaan bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum untuk memperluas semangat Pancasila: inklusifisme, toleransi, cara hidup dalam keragaman, menghomati satu sama lain yang berbeda, melalui kreatifitas seni dan penggunaan media sosial
ekatan ilmu pengetahuan dalam pembudayaan Pancasila.
5 tahun terakhir ini telah banyak bertumbuh pusat studi-pusat studi Pancasila di berbagai perguruan tinggi, dan PSP UGM dengan gembira menyambut hal tersebut. PSP UGM akan mempertemukan pusat studi Pancasila se Indonesia 10 Agustus, untuk mendorong sinergi dan sumbangan yang lebih bermanfaat melalui pend
Di penghujung acara puncak Bulan Pancasila adalah Kongres Pancasila XII pada tanggal 11 Agustus 2023.
Pelaksanaan Kongres Pancasila telah melahirkan berbagai pemikiran-pemikiran Pancasila dari berbagai kalangan akademiki, profesi, praktisi dan dihadiri pegiat Pancasila dari segala penjuru tanah air untuk bertukar pikiran dan pengalaman untuk kemajuan bersama.
Secara umum, sebagai salah satu kampus tertua dan terbesar, sejak awal UGM telah mendarmabaktikan pemikiran dan tenaganya untuk cita-cita Republik kita, dan untuk mencapai tujuan kita bersama membentuk negara bangsa-bangsa modern, tanpa melupakan akar budaya, sejarah dan keadaan nyata yang ada dalam masyarakat.
Di tahun Politik yang akan kita jalani bersama dalam pesta demokrasi tahun 2024, ijinkan saya mengutip sebuah percakapan yang mungkin berguna untuk kita renungkan: bahwa
seorang sahabat menulis: “Pusat Studi Pancasila UGM seharusnya bisa menjalin kerjasama dan menjadi mitra parpol-parpol untuk memberikan pemahaman yang benar tentang Pancasila, khususnya para calon legislatip agar punya bekal dengan kerangka pikir yang bagus tentang Dasar Negara.”
Jawaban atau tanggapan yang kita sampaikan terhadap pertanyaan sejenis itu biasanya adalah berikut ini:
“Universitas (termasuk lembaga riset seperti pusat studi) SECARA PRINSIP tidak boleh terlalu dekat, tetapi juga tidak boleh terlalu jauh dengan kekuasaan.
Kalau terlalu dekat, universitas bisa menjadi bias terutama jika diperalat dan hanya menjadi alat kekuasaan dan itu bisa merugikan bukan hanya rakyat pd umumnya tetapi universitas itu sendiri. Tetapi kalau Universitas terlalu jauh dg kekuasaan, Universitas juga bisa rugi, karena bagaimanapun kekuasaan dapat menjadi sumber-sumber bagi ilmu pengetahuan, dan sekaligus merupakan asal dari sumberdana dan sumberdaya (resources) yang selalu bisa bermanfaat bagi Universitas untuk menjalankan peran dan fungsinya”
Menanggapi pendapat ini, seorang teman lain bertanya melalui tulisan
“Bisakah dikatakan Perguruan tinggi dan lembaga Riset seperti PSP UGM harus bersikap netral pada politik itu artinya?”
Kepada pertanyaan itu, kita menjawab sesuai standard Universitas (dan PSP UGM di dalamnya):
“pada derajat tertentu dan untuk kasus yang memang bisa netral dan seharusnya netral, maka netralitas berlaku.
Akan tetapi, Universitas dan akademisi tidak bisa netral dan seharusnya tidak netral pada kesalahan logika, pada kesalahan mengenali validitas/relibialitasnya data atau fakta, dan pada kekeliruan melakukan inferensi (atau penarikan kesimpulan), serta pada pelanggaran etik akademik dalam riset, semua ini tidak bisa netral”
Demikianlah, latar belakang dan spirit kami, PSP UGM terkait rangkain kegiatan di Bulan Pancasila.
Kami berusaha sesuai dengan tugas PSP UGM bekerja dengan lebih baik dan dengan standard perilaku yang lebih tinggi untuk dapat menyumbang perbaikan dan kemajuan kehidupan kita bersama.
Dukungan Bapak/Ibu dan berbagai pihak tentu akan menjadi energi besar dalam Membudayakan Pancasila untuk Pendidikan, Masyarakat Umum dan Pemerintahan,
Terakhir, kata-kata seorang teman sewaktu kuliah, “nikmati setiap momen, karena setiap momen hanyalah sebuah momen, ketika sebuah momen berlalu, ia hanya akan menjadi kenangan”, katanya. Terimakasih sekali lagi, pak Dalang, Ki “Beyek” Catur Kuncoro dan seluruh anggota kru yang akan menampilkan sebuah lakon dan pertunjukkannya dalam momen, malam yang istimewa ini”. Tutupnya (Windari)