Myindonesianews.online – Boyolali – Peristiwa tragis terjadi di Embung Krobokan, Desa Krobokan, Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali, ketika seorang anak berusia 7 tahun, Alfaris Ramadhani, ditemukan meninggal dunia setelah tenggelam pada Rabu, 25 September 2024.
Alfaris merupakan putra dari pasangan Darminto dan Sri Lestari yang tinggal di Dusun Krobokan RT.16 RW.01. Setelah pencarian intensif, jasad korban berhasil ditemukan oleh tim gabungan pada Kamis pagi, 26 September 2024, sekitar pukul 08.17 WIB. Kamis(26/9).
Menurut laporan yang dihimpun Myindonesianews.online, insiden tragis ini bermula ketika korban bermain bersama dua temannya di halaman Taman Kanak-Kanak setempat pada pukul 11.00 WIB. Sekitar pukul 13.00 WIB, mereka berpindah lokasi bermain di sekitar Embung Krobokan.
Namun, ketika hingga pukul 14.30 WIB korban tidak kunjung pulang, orang tua Alfaris memutuskan untuk mencarinya. Pencarian pertama kali dilakukan oleh orang tua korban, yang menemukan sandal anaknya di pinggir embung, membuat mereka khawatir bahwa Alfaris jatuh ke dalam air.
Laporan tersebut kemudian disampaikan oleh Mulyanto, Ketua RT setempat, kepada Purwanto selaku RW 01, yang langsung melibatkan warga untuk melakukan upaya pencarian.
Namun, mengingat keterbatasan sumber daya, Purwanto berkoordinasi kepada Ginanjar, perangkat Desa Krobokan, yang pada saat itu berada dilokasi kejadian.
“Kami segera berkoordinasi dengan warga untuk pencarian, namun karena keterbatasan, kami akhirnya melaporkan kejadian ini kepada Ginanjar, perangkat desa kami, yang langsung menghubungi BPBD Boyolali sekitar pukul 19.00 WIB,” jelas Mulyanto.
Kepada Myindonesianews Ginanjar juga menyampaikan hal serupa bahwa ia langsung melaporkan ke BPBD Kabupaten Boyolali dan pihak terkait pada pukul 19.00 WIB setelah Purwanto,RW.01 berkoordinasi dengannya.
“Kami langsung menghubungi BPBD dan pihak terkait setelah Pak Purwanto berkeluh kesah mengenai insiden ini,” ujar Ginanjar kepada Myindonesianews.
Upaya pencarian dilakukan dengan rasa keprihatinan mendalam dari masyarakat setempat. Sarman, Kepala Dusun, bersama Marmo, tokoh masyarakat, juga turut menghadirkan tokoh spiritual lokal untuk membantu mempercepat pencarian.
“Kami sangat prihatin atas kejadian ini, maka saya berinisiatif mengundang tokoh spiritual setempat dengan harapan proses pencarian bisa lebih cepat dan korban segera ditemukan,” kata Sarman kepada Myindonesianews.
Kedalaman embung yang semula mencapai 4 meter dikurangi hingga menjadi 2,5 meter dengan cara menyedot air.
Pada hari kedua pencarian, Kamis, 26 September 2024, operasi SAR dilanjutkan dengan bantuan tim gabungan yang menggunakan perahu karet dan perangkat aquaeyes untuk mendeteksi titik lokasi korban.
Tim penyelam kemudian melakukan penyisiran di area yang telah ditandai oleh perangkat tersebut. Sekitar lima menit setelah penyelaman, jasad Alfaris muncul di dekat perahu tim penyelamat dan segera dievakuasi ke daratan.
Setelah jenazah korban ditemukan, tim SAR langsung mengevakuasi tubuhnya ke mobil jenazah untuk dibawa ke rumah duka di Dusun Krobokan RT.16 RW.01. Operasi SAR resmi ditutup pada pukul 08.30 WIB setelah dilakukan apel penutupan oleh pimpinan operasi.
Eko Pujianto, RW Sidomulyo yang mewakili warga Desa Krobokan, menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam upaya pencarian, termasuk BPBD, PMI, DAMKAR, BASARNAS, KORAMIL Juwangi, Pemerintah Desa Krobokan, SAR MTA, TAGANA Boyolali, dan masyarakat sekitar.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama masyarakat Desa Krobokan yang turut berduka. Semoga amal ibadah adik Alfaris diterima di sisi Allah SWT, dan kami berharap adanya bantuan dari BASARNAS dan DINSOS untuk keluarga korban,” ucap Eko.
Dengan adanya kejadian ini, Eko juga mengingatkan bahwa tanggung jawab atas pengelolaan dan perawatan Embung Krobokan kini sepenuhnya berada di tangan pemerintah desa, dan masyarakat diharapkan ikut berperan aktif dalam pengawasannya.
RED
Source: Liputan Lapangan